Senin, 02 November 2009

ANALISIS KABINET INDONESIA BERSATU JILID-2 TERHADAP KABINET INDONESIA BERSATU JILID-1


ANALISIS KABINET INDONESIA BERSATU JILID-2 TERHADAP KABINET INDONESIA BERSATU JILID-1

Setelah pemilu presiden telah memunculkan nama SBY-Boediono sebagai pemenang, kedua pasangan calon lainnya tidak mempertahankan visi-misi yang mereka usung tetapi malah ikut kepada visi-misi presiden terpilih. Tentu hal tersebut sangat aneh, kalo begitu untuk apa mereka menghabiskan jutaan rupiah agar terpilih? Toh ujung-ujungnya ikut yang menang. Peran dan fungsi oposisi dalam pemerintahan kita bertujuan sebagai check and balance bagi pemerintahan yang ada. Tanpa adanya oposisi, lembaga eksekutif akan bertindak sesuai kemauannya saja tanpa ada yang melakukan kontrol. Tanpa adanya oposisi, demokrasi di negara ini berada di ujung tanduk.
Setelah diambil sumpah sebagai Presiden RI Periode 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan sambutan di hadapan seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan para undangan, termasuk beberapa kepala pemerintahan negara asing serta duta besar negara-negara sahabat. Dalam sambutan Presiden SBY menyatakan, tekad pemerintah barunya, antara lain, memprioritas pembangunan di sektor ekonomi, terutama meningkatkan kesejahteraan rakyat
Tanda-tanda menuju keotoriteran sudah ada. Dimulai dengan pelemahan dua lembaga yang penting. Pengaturan komposisi pimpinan lembaga legislatif dengan cara bagi-bagi jatah kursi. Pembagian kursi ini juga terjadi di kabinet yang terantumkan. Ini terlihat karena kebanyakan orang terpilih bukanlah di bidangnya. Penentuan pejabat di kabinet Indonesia Bersatu jilid ke-2 bukan ditentukan oleh kompetensi dan kapabilitasnya, melainkan agar mendapatkan legitimasi absolut yang tanpa cela.
Dengan ini, seolah semuanya bergabung kepada pemerintah sehingga bisa saja semua keputusan yang diambil pemerintah, baik itu pro rakyat mauput kontra, tidak akan ada yang melakukan protes.
Sungguh, cikal bakal otoriterisme itu sudah lahir. Hal ini merupakan bukti bahawa kabinet Indonesia Bersatu jilid ke-2 dipengaruhi oleh sifat keotoriteran. Dengan bukti cara penunjukan susunan cabinet ( mentri ) yang tak sesuai dengan kinerja dan kemampuan dalam bidang-bidangnya tersendiri. Disamping itu dengan adanya kabinet baru Indonesia Bersatu jilid ke-2 maka terlahir dan terciptanya suatu program baru dalam era kepemimpinan SBY-Buediono, hal inipun mempengaruhi kinerjanya yang sudah dibangun pada era kabinet Indonesia Bersatu jilid ke-1 karena harus berhenti seiring bubarnya kabinet Indonesia bersatu jilid ke-1, dan mau tak mau era kabinet Indonesia bersatu jilid-2 harus bekerja dengan program baru dan harus di mulai dari awal lagi dan nol lagi. Dengan begini seiring kepemimpinan baru dan program baru maka dapat tersimpulkan bahwa banyak berkas-berkas program yang tak terealisir dan terselesaikan sehinnga akan menghambat kemajuan Negara Indonesia dan kapan Indonesia akan bisa maju seperti Negara-negara lain kalau setiap 5 tahunnya pemerintah hanya bisa mengumpulkan berkas-berkas program kinerja yang tak terselesaikan bukan suatu bukti dan kemajuan Negara.

Tidak ada komentar: